Minggu, 27 Maret 2011

X-Men Origins: Cyclops

Cyclops alias Scott Summers mungkin anggota X-Men yang tidak terlalu disukai. Ia, yang menjadi panglima para X-Men, sering dianggap arogan. Tapi mari kita lihat dari segi ini: Cyclops pertama kali muncul dalam komik pada tahun 1963, dia adalah tokoh karakter komik yang menjadi “anak zaman”-nya. Tipe-tipe superhero yang lahir pada tahun 1960an adalah superhero yang menampilkan sifat loyal, sangat taat peraturan, idealis, dan sangat menonjolkan kepahlawanan. Ini merupakan semacam perlawanan dalam komik terhadap sikap anti-hero yang saat itu bangkit di Amerika akibat perang Vietnam.  
          Stan Lee dan Jack Kirby tampaknya memang bermaksud membuat Cyclops menjadi superhero semacam itu. Ia adalah mutan pertama yang direkrut oleh Xavier dan dalam perkembangan cerita X-Men ia selalu jadi “anak emas” Xavier. Bahkan Xavier sudah menganggap Scott Summers sebagai putera mahkotanya meskipun sebenarnya, jika dibandingkan dengan anggota X-Men yang lain, kemampuan mutan Cyclops “hanyalah” sinar penghancur yang keluar dari matanya. Keunggulan Cyclops lebih pada kekuatan kepribadiannya sebagai pemimpin. Berbagai misi X-Men, harus diakui, bisa berhasil karena kepemimpinannya.
           Dalam komik X-Men Origins: Cyclops, Stuart Moore menggali latar belakang Scott Summer dan menampilkan hubungan Scott dan Xavier lebih sebagai ayah dan anak. Moore juga menceritakan tentang mantapnya pilihan Scott sebagai pemimpin.

Sinopsis:

Scott Summers mungkin tidak mau menjadi pemimpin, ia bahkan berkeinginan untuk jadi “normal” kembali. Tapi menjadi “pemimpin” barangkali memang sudah menjadi takdir hidupnya. Ayah kandungnya, mempercayakan hidup Alex, adik Scott, ke tangan Scott ketika usianya baru 10 tahun.
           Di usia tujuhbelas tahun, manifestasi kemampuan mutannya sudah tak bisa ia kendalikan lagi. Lalu muncullah Professor X yang memberinya semacam pelindung mata sehingga ia bisa mengendalikan sinar penghancur yang keluar dari matanya. Hubungan keduanya pun berlanjut.
           Suatu ketika Scott berhadapan langsung dengan Magneto yang mencela hubungannya dengan Xavier. Namun Scott tidak tergoyahkan loyalitasnya kepada Xavier dan kepercayaannya terhadap anggota X-Men lainnya.

Cerita: Stuart Moore
Penciller: Jesse Delperdang
Penciler: Adi Granov
Terbit Pertama: 13 Januari 2010
Format: Komik

Quotes:
Magneto: “The fine line between revolutionary and terrorist. It depends which side wins, does it not?”
Cyclops: “We can be more. We can be a brotherhood ...”





Read more!

X-Men Origins: Gambit

Lupakan ingatan tentang orang Cajun yang gila jazz. Ini orang Cajun yang sewaktu kecil pernah dijuluki “le diable blanc” atau Sang Iblis Putih yang (dulu) suka merokok, pencuri ternama, tapi romantis. Remy LeBeau alias Gambit dalam cerita X-Men, adalah mutan yang memiliki kemampuan memanipulasi energi kinetik dan hipnosis. Ia juga jago berkelahi, ahli menggunakan tongkat, dan melempar kartu.  
          Dalam komik X-Men Origins: Gambit, diceritakan fase kehidupan Gambit jauh sebelum bertemu dengan gang X-Men dari sekolah Xavier, sedikit masa kecilnya ketika bertemu dengan Bella Dona Boudreaux, lalu ketika dewasa menikahi Bella lebih karena kewajibannya untuk menjaga gencatan senjata antara keluarga Pencuri dan Pembunuh di New Orleans, bagaimana ia terusir dari New Orleans, dan kemudian terlibat dalam pembantaian kaum Morlock.
           Karena Gambit dalam cerita X-Men selalu jadi tokoh yang “abu-abu”, dalam komik ini Mike Carey sepertinya memang sengaja menunjukkan bahwa pada dasarnya Remy LeBeau adalah orang baik.

Sinopsis:

Remy LeBeau menerima tantangan Julien Bordeaux yang berkeberatan atas pernikahan dirinya dengan Bella. Dalam duel itu, Remy pemenangnya. Tapi demi kelangsungan gencatan senjata antara dua keluarga, ia harus rela pergi dari New Orleans.
           Perkembangan kemampuan energi kinektik dalam dirinya membuatnya tak mampu mengendalikannya lagi. Ia lantas menemui Mister Sinister untuk meminta bantuan mengurangi besarnya energi kinetik dalam dirinya. Tapi akibatnya ia berhutang pada Sinister yang kemudian menyuruh Remy mengumpulkan para mutan, yang salah satunya adalah Sabretooth. Kelompok buatan Sinister itu bernama Marauders. Dan mereka ditugasi membantai para Morlocks yang tinggal di gorong-gorong.
          Sebelum pembantaian itu terjadi, Remy berselisih dengan anggota Marauders lainnya dan nyaris mati dibunuh oleh Sabretooth. Pembantaian tetap terjadi, namun Remy sempat menyelamatkan seorang anak perempuan kecil yang bernama Sarah.

Cerita: Mike Carey
Inker: David Yardin, Dabel Brothers, David Yardin
Colorist: Nathan Fairbairn
Letterer: Robert Steen
Terbit Pertama: 17 Juni 2009
Format: Komik

Quotes:
Remy: “So, you t’ink you can help me or should I look some place else?”
Sinister: “That depends”
Remy: “On what?”
Sinister: “On how desperate you are”






Read more!

X-Men Origins: Wolverine #1

There’s always an animal within a man’s soul. Karena itu, Wolverine jadi tokoh paling disukai dalam X-Men. Dia tipe jagoan cool dan cuek yang bisa berubah sangat ganas saat berhadapan dengan lawan. Kemampuan mutannya – kemampuan pemulihan yang supercepat, indera penciumannya yang tajam, ketahanan tubuhnya, kecepatan, stamina, dan kekuatannya, serta regenerasi tulang yang supersingkat, ditambah dengan penanaman struktur tulang buatan dari adamantium, logam superkeras yang bisa membelah baja, membuat Wolverine jadi jagoan nyaris tak terkalahkan dalam komik X-Men.  
          Tiap tokoh punya riwayat. Dan untuk Wolverine, soal yang satu ini tak pernah jelas. Berbagai versi asal-usul Wolverine pernah dibuat oleh Marvel. Baik itu berupa komik tersendiri, maupun terserak di sana-sini dalam komik-komik X-Men. X-Men Origins: Wolverine #1 yang terbit tanggal 29 April 2009, menjadi salah satunya. Meskipun demikian, komik dengan penulis cerita Chris Yost dan penggambar Mark Texeira ini tidak terlalu mengedepankan latar belakang Wolverine. Soal yang masih terhitung baru mungkin soal mengenai nama asli Wolverine yang sebenarnya bukanlah Logan, tapi James Howlett. Tapi ini pun sebenarnya bukan hal yang aneh dalam cerita X-Men atau cerita superhero semacam ini.
          Komik ini lebih menonjolkan sisi kemanusiaan Logan yang kehilangan riwayat masa lalunya. Dalam pergulatan mencari jati dirinya itu, sisi hewani dan sisi emosi manusia dalam dirinya bergantian muncul hingga dia bertemu dengan Professor X dan memasuki tim X-Men.

Sinopsis:
           Mutan adalah senjata. Dan mutan yang kehilangan riwayatnya sendiri ibarat senjata yang bisa dengan mudah dimanfaatkan oleh satu pihak sebelum akhirnya berpindah untuk dimanfaatkan oleh pihak lainnya lagi. Logan menyadari, setidaknya pada akhirnya menyadari, hal tersebut.
           Setelah ia hidup di hutan, bertahan hidup hanya dengan insting hewaninya, ia ditangkap untuk dijadikan percobaan menginjeksikan adamantium ke dalam tulang-tulangnya dalam proyek yang disebut Weapon X.      Logan terpilih sebab penginjeksian itu membutuhkan sebuah tubuh yang memiliki kemampuan untuk pulih dengan cepat. Percobaan itu berhasil, meskipun akhirnya harus dibayar dengan nyawa para pengujicoba, sebab Logan akhirnya berontak.
           Lalu Logan berpindah ke Departemen H, dimana dia juga hanya dianggap senjata di situ. Hingga akhirnya Professor X datang dan membebaskannya.

Cerita: Chris Yost
Inker: Mark Texiera
Colorist: Morry Hollowell, John Rauch
Letterer: Todd Klein
Terbit Pertama: 29 April 2009
Terbitan: MARVEL UNIVERSE
Rating: RATED T+
Format: Komik

Quotes:
Logan to Xavier: “If you know as much about me as you say, then you know there’s no place for me in your “dream” world.”



    




Read more!

Kamis, 24 Maret 2011

X-Men Origins: Sabretooth


Jangan tanyakan sejahat apa Victor Creed alias Sabretooth! Penjahat besar yang jadi musuh bebuyutan Wolverine ini paling “sakit” jiwanya. Jahatnya Magneto yang jadi penjahat utama dalam X-Men, boleh dikata tidak ada apa-apanya dibanding jahatnya Sabretooth. Magneto saja punya alasan tertentu mengapa ia bersikap jahat: ia punya sejarah, ia punya rasa sakit hati, ia punya dendam. Tapi Sabretooth, tidak. Ia membunuh hanya untuk kesenangan. Perkelahian berdarah-darah cuma dianggap permainan olehnya. Saat komik X-Men Origins: Sabretooth dikabarkan akan terbit, satu hal yang ditunggu-tunggu dari komik ini adalah jawaban dari pertanyaan: apa latar belakang yang memunculkan sifat jahat pada diri mutan yang punya kekuatan mirip Wolverine ini? Dari mana keganasannya muncul? Bagaimana asal muasal perseteruan abadi antara Sabretooth dan Wolverine?

Setelah akhirnya X-Men Origins: Sabretooth terbit, tanggal 11 Februari 2009, ternyata hanya satu pertanyaan yang jelas terjawab yakni soal perseteruan abadi di antara Sabretooth dan Wolverine. Untuk pertanyaan lain, pembaca harus cukup puas dengan jawaban: ya, memang Sabretooth sudah kejam dari sononya! 


Komik ini boleh dikatakan kuat dari segi cerita. Kieron Gillen, penulis ceritanya, membuat tokoh Sabretooth terlihat sangat jahat dan dia bisa membuat (maaf-maaf kata, ye, buat penggemar Wolverine ^_^ ) Wolverine dalam komik ini terasa seperti “anak bawang”. Penentuan tempat dan waktunya pun tidak terlampau jelas. Nuansa komik jadi terasa seperti serial Joker Asylum dari DC COMIC meskipun tidak terlalu sadis. Hal ini diperkuat dengan penggambaran komik (oleh Dan Panosian) yang cenderung didominasi warna gelap.

Sinopsis:
Victor Creed kecil tak merasa bersalah meskipun ia telah membunuh saudaranya Luther hanya gara-gara rebutan pie. Ia dirantai oleh ayahnya di bawah tanah dan gigi taringnya dicabut oleh sang ayah. Setahun kemudian, ia berhasil lolos dari ruang bawah tanah itu dan membunuh orang tuanya sendiri. Petualangannya pun dimulai.


Beberapa tahun kemudian, ia berjumpa dengan Logan alias Wolverine yang sedang berkelahi dalam sebuah bar. Persahabatan di antara keduanya pun terbangun. Tapi persahabatan itu tak berlangsung lama, setelah Silverfox, pacar Logan, ditemukan mati.
Kisah keduanya berlanjut hingga mereka bersama-sama bergabung dalam Operasi Khusus CIA. Keduanya mengalami cuci otak. Dalam kerja ini muncul kebiasaan mereka berkelahi pada hari ulang tahun Logan. Kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga akhirnya Logan memutuskan persahabatannya dengan Creed.

Cerita: Kieron Gillen
Inker: Dan Panosian
Colorist: Morry Hollowell, Ian Hannin, Ian Hannin
Letterer: Todd Klein
Terbitan Pertama: 11 February 2009
Penerbit: MARVEL UNIVERSE
Rating: RATED T+
Format: Komik

Quotes:
Victor Creed: “No, Ma. Don’t be scared of Him. Be scared of me.”
Victor Creed: “... be careful. She’s a real pretty one. She’ll make you feel bad eventually. They alway do.”




Read more!

X-Men Origins: Beast

Dulu, saat pertama kali menonton film kartun dan membaca X-Men, salah satu hal menarik yang paling teringat adalah: tidak ada yang seaneh penampilan Henry Phillip “Hank” McCoy alias “Beast” di X-Men. Tubuhnya besar berbulu biru, posturnya seperti gorila, kaki dan tangannya luar biasa besar, jarinya bercakar dan ia punya sepasang gigi taring. Dia tangkas, jungkir balik, suka bergelantungan dengan kaki dan kepala terbalik dan, jika bergerak saat bertempur, gesturnya memang seperti hewan—agak membungkuk dengan tangannya yang panjang itu menyentuh tanah. Tapi, yang teraneh dari penampilannya, dan ini bagian yang paling menarik, adalah: jika sedang berada di markas X-Men, ia berkacamata. Bukan jenis kacamata keren seperti punya Cyclops yang berfungsi sebagai pengendali kekuatan sorot matanya, tapi benar-benar jenis kacamata untuk membaca! 

Mutan satu ini memang istimewa. Terpintar dan paling jenius di antara teman-temannya. Kutu buku dan, kalau tidak salah, dia satu-satunya yang menyandang gelar profesor selain Xavier. Dalam kisah-kisah X-Men, bentuk tubuhnya yang paling “hewani” itu bukanlah andalannya. Kecerdasannyalah yang menjadi senjata. Memang, dalam X-Men, kebanyakan peran Beast yang paling menonjol adalah sebagai “jagoan markas”. Ia ikut membangun Cerebro, ruangan (atau lebih tepatnya “alat”) yang dipakai oleh Xavier untuk melacak keberadaan mutan di dunia. Ia jago komputer dan juga cemerlang dalam bidang genetika. 


Dalam komik X-Men Origins: Beast, terbit tanggal 3 September 2008, tubuh Beast belum berbulu (bulu-bulu di sekujur tubuh Beast, yang membuat penampilannya seperti hewan, tumbuh akibat percobaan-percobaan yang dilakukannya). Keanehannya mungkin hanya pada tangan dan kakinya yang besar, selebihnya: “normal”. Ia “anak kampus” yang pintar, punya teman dekat wanita yang hampir sama pintar, jadi “football hero”, dan punya “musuh” seorang mahasiswa yang menyebalkan. Tapi, seperti pernah dikatakan Xavier, “Mutan adalah kekuatan, dan mereka selalu dicari”. McCoy akhirnya harus memilih antara dua dunia. 


Dengan penulis cerita Mike Carey dan colorist J.K Woodward, komik ini bisa dibilang unik terutama karena model pewarnaannya. Woodward membuat kesan seolah-olah gambar di komik ini dibuat dengan model yang benar-benar ada. Tidak seperti komik superhero seperti biasanya, postur-postur manusia dalam komik ini tidak tampak “berotot” atau tampil “atletis” namun karena itulah jadi terkesan lebih riil. Garis-garisnya pun tidak terlalu tajam. Meskipun dari segi cerita terkesan biasa tapi dari segi gambar boleh dibilang luar biasa. Memberi sentuhan berbeda untuk tokoh yang istimewa.

Sinopsis:
Henry “Hank” McCoy jelas seorang mahasiswa yang cemerlang di kelasnya. Sampai-sampai ketika ia “hanya” mendapat nilai B plus dalam ujian genetika, Jennifer, temannya, jadi bertanya-tanya heran sebab Henry begitu terkenal akan kecerdasannya. Lalu kemudian tanpa sengaja mereka melewati lapangan football. Pelatih football itu, yang tadinya iseng menyuruh Henry menendang bola football, terkesan oleh kekuatan Henry dan memasukkannya ke dalam timnya. Henry pun jadi bintang lapangan football yang terkenal kekuatan dan ketangkasannya di lapangan. Ia bahkan punya julukan “Golden Arm”.


Kekuatan dan ketangkasan Henry membuat seorang penjahat bernama Conquistador tertarik. Ia menculik orang tua Henry dan memaksa Henry untuk mencuri sebuah prototipe reaktor fusi dingin di tempat ayah Henry bekerja. Mau tak mau, Henry pun melakukannya. Tapi kejadian tersebut membuat Henry menyadari kekuatan mutan yang dimilikinya. Ia berhasil mengalahkan Conquistador dan membebaskan orang tuanya. 


Sayangnya, orang tua Henry yang kaget melihat kekuatan anak mereka malah menjadi ketakutan. Henry, yang telah mengetahui bahwa ayahnya pernah terpapar radiasi dan kejadian itu telah merubah gen dalam dirinya, mengatakan pada orang tuanya bahwa ia adalah seorang mutan. Orang tuanya tidak bisa menerima kenyataan itu. Ketika keadaan tampaknya semakin memburuk, tiba-tiba saja kedua orang tua Henry seolah-olah hilang ingatan dan tidak mengenal Henry. Malahan mereka berterima kasih karena Henry telah membantu mereka mengganti ban mobil. Lalu mereka pergi begitu saja.


Ternyata ini adalah perbuatan Professor Xavier yang datang ke tempat itu bersama dengan Cyclops, Iceman, dan Archangel. Xavier menghapus segala ingatan orang tua tentang Henry. Henry pun akhirnya diminta memilih, apakah ia akan kembali ke kehidupannya yang dulu, yang telah membenci dan takut terhadapnya, ataukah ikut dengan Xavier.

Cerita: Mike Carey
Colorist: J.K. Woodward
Letterer: Rus Wooton
Other: Chris Eliopoulos
Pertama terbit: 3 September 2008
Terbitan: MARVEL UNIVERSE
Rating: RATED T+
Format: Komik
Bahasa: Inggris

Quotes:
Jennifer Nyles: “Normal’s not a straitjacket Hank.”
Henry McCoy: “You’re right. It’s an anchor.”
Jennifer Nyles: “Well it’s not an achor that you need okay? You’re big and strong and you’ve got broad shoulders. Just be yourself. You’ll be something pretty unforgettable.”


Read more!

Selasa, 22 Maret 2011

X-Men Origins: Jean Grey


Wanita-wanita X-Men lain boleh iri pada Jean Grey. Jean boleh dibilang “tangan kanan”-nya Profesor Xavier. Kemampuan telepatik yang dimilikinya hampir setara dengan kemampuan sang Profesor (beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa kemampuannya itu malah lebih hebat dari Profesor X). Jean juga ahli telekinetika dan bisa menggerakkan benda-benda tanpa menyentuhnya. Selain itu, Jean jadi rebutan antara dua jagoan X-Men ternama: Cyclops, yang dianggap sebagai panglima dalam X-Men, dan Wolverine, jagoan paling cool di sekolah Mutan itu.
Tapi keunggulan Jean yang terbesar dibanding X-Men lainnya adalah: dia merupakan murid langsung Profesor X. Perkembangan kemampuan mutannya dibimbing dan diarahkan langsung oleh sang mentor, Profesor X. Dalam komik X-Men Origins: Jean Grey (diterbitkan oleh Marvel Universe pada tanggal 13 Agustus 2008), diceritakan proses awal pembimbingan kemampuan mutan yang dimiliki Jean Grey ini dan fase awal dia “bersekolah” di Xavier's School for Gifted Youngsters, sekolah pendidikan para mutan yang didirikan oleh Profesor Xavier.
Ditulis oleh Sean McKeever, sebenarnya kisah dalam komik ini tidak terlalu “seru” malah cenderung bernuansa cerita remaja. Mungkin karena sebenarnya komik ini memang dimaksudkan untuk menggambarkan sosok Jean Grey yang masih remaja dan pergulatannya menghadapi kemampuan mutan dalam dirinya. Untuk yang suka X-Men dan tahu bahwa “kelak” Jean Grey ini akan mengalami tranformasi-tranformasi yang hebat, kisah dalam X-Men Origins: Jean Grey ini cenderung agak “biasa”.
Tapi tunggu dulu, jangan kecewa dulu. Mike Mayhew, yang kebagian menggambar komik ini, sungguh hebat. Goresan pensilnya benar-benar indah. Membuat komik ini jadi sangat layak dikoleksi. Nuansa kisah remaja di dalamnya jadi boleh dikatakan sempurna. Sebenarnya, seri X-Men Origins ini memang dibuat untuk menonjolkan segi emosional para anggota X-Men pada saat mereka berhadapan dengan kemampuan mutan dalam dirinya untuk pertama kali.

SINOPSIS:
Musuh terbesar seorang telepatis adalah dirinya sendiri. Jean Grey terus menerus menyalahkan dirinya sendiri karena kematian temannya. Kemampuan telepati dalam dirinya membuatnya mampu merasakan penderitaan yang dialami oleh temannya ketika sekarat. Begitu kuatnya perasan itu hingga membuatnya seolah-olah menjadi “orang lain” yang asing bagi keluarganya. Ia sering histeris dan menyakiti diri sendiri sampai-sampai keluarganya harus mengosongkan kamar Jean untuk mencegahnya melakukan hal itu. Lalu datanglah Professor Charles “X” Xavier ke rumahnya.
Di bawah bimbingan Professor X, Jean diajari untuk memanfaatkan kemampuan telepati dan telekinetik yang ia miliki. Profesor X juga menyelami penyesalan yang dirasakan oleh Jean Grey. Menyadarkan Jean bahwa penyesalan bukanlah sesuatu yang seharusnya menjerat jiwa Jean. Meskipun sempat mengalami kegagalan, karena menyangka Jean sudah siap menghadapi orang banyak, tetapi akhirnya Jean bisa mengubur penyesalan itu dengan kemampuannya sendiri.
Professor X akhirnya mengajak Jean untuk memasuki sekolah mutan miliknya. “Marvel Girl”, demikian julukan pertama Jean, mulai mengikuti latihan-latihan bersama-sama anggota lainnya. Pada tahap ini, Jean masih mengalami pemantapan jiwa yang akhirnya membuat dirinya menyadari bahwa ia memang seorang gadis remaja yang benar-benar normal.

Cerita: Sean McKeever
Letterrer: Nate Piekos – B
Other: Mike Mayhew
Pertama terbit:  13 Agustus 2008
Terbitan: MARVEL UNIVERSE 
Rating: RATED T+ 
Format: Komik
Bahasa: Inggris

Quotes:
Professor X: “You needn’t spend the rest of your life endlessly revisiting past miseries. You simply need to to take the proper path”
Professor X: “That isn’t what I do, John. Jean’s abilities aren’t an affliction. They’re a gift.”



Sources : www.marvel.com
Read more!

X-Men Origins : Colossus




Inilah komik tentang asal-usul salah satu anggota X-Men yang “paling berkilau”, Piotr Nikolaievitch Rasputin alias Colossus. Diterbitkan oleh Marvel Universe pada tanggal 14 Mei 2008 hasil kolaborasi penulis cerita Chris Yost dan Craig Kyle serta digambar oleh Trevor Hairsine, komik berjudul X-Men Origins : Colossus ini mengawali rangkaian seri komik X-Men Origins yang hingga bulan Juli 2010 telah terbit sebanyak sembilan buah komik. Setiap komik dalam seri ini adalah komik one-shot yang hanya menceritakan satu kisah asal usul dari satu tokoh dalam cerita X-Men (kisah komik superhero yang diciptakan oleh Stan Lee dan Jack Kirby pada tahun 1963). Selain Colossus, anggota X-Men dalam rangkaian seri X-Men Origins ini adalah Cyclops, Deadpool, Gambit, Beast, Sabretooth, Jean Grey, Emma Frost, dan Wolverine.

Sinopsis:
Kesedihan mendalam akibat kematian sang kakak, Mikhail, dalam perang membuat Piotr Nikolaievitch Rasputin secara tak sengaja memanifestasikan sifat mutan yang terpendam dalam dirinya. Di tengah dingin salju Siberia yang memutih, kulit tubuhnya tiba-tiba berubah menjadi logam keras yang berkilau. Setelah itu dia pingsan.
Alexander Vahzin, sahabat Mikhail, yang mengetahui kejadian ini berusaha menutup-nutupi kemampuan istimewa Piotr dari pihak keamanan Rusia yang pada saat itu sedang giat-giatnya mencari senjata untuk peperangan. Setelah di perpustakaan Vahzin membaca berita tentang mutan di Amerika, ia berhasil mengontak Profesor Charles Xavier yang menjadi pendiri sekolah para mutan.
Meskipun sudah berusaha dirahasiakan, enam tahun kemudian Dubenko, seorang intel Rusia yang menyamar jadi petani, akhirnya mengetahui keistimewaan Piotr yang pada saat itu mengubah kulitnya menjadi logam untuk menyenangkan hati Illyana, adik bungsunya. Pihak keamanan Rusia pun menyerbu rumah Piotr. Namun mereka gagal. Dalam insiden ini, Dubenko dibunuh oleh Vahzin dan Professor X menghapus ingatan pihak keamanan Rusia mengenai kemampuan mutasi Piotr sehingga keluarga Piotr bisa hidup tenteram.
Beberapa waktu berlalu, hingga akhirnya Profesor X mendatangi Piotr dan mengajaknya untuk bergabung ke dalam X-Men.

CeritaChris Yost, Craig Kyle
Penciller (cover): Trevor Hairsine
InkerKris Justice
ColoristVal Staples
LettererTodd Klein
Edisi Pertama:  May 14, 2008
Terbitan: MARVEL UNIVERSE 
Rating: RATED T+ 
Format: Komik
Bahasa: Inggris


Quotes : 

Nikolai Rasputin (to Piotr) : “I Knew this day would come. From the first time I saw your change, I knew that you were a gift. Like Mikhail, I knew you were a gift not just to Me, but to the world.” 

Professor X : “Mutants are power and always be sought after”



Sources :
http://en.wikipedia.org/wiki/Colossus_%28comics%29 Read more!